
Gresik, 11 Agustus 2024 – Manajemen Fair 2024 yang diselenggarakan oleh Program Studi Manajemen Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) kembali menghadirkan gebrakan baru dengan semangat yang lebih besar. Mengusung tema “Nyawiji Ing Kesenian”, acara ini tidak hanya menjadi panggung hiburan semata, tetapi juga momentum kebangkitan kesenian asli Nusantara yang mulai meredup di tengah derasnya arus globalisasi. Dikenal sebagai salah satu program unggulan Himpunan Mahasiswa Manajemen (HMM), Manajemen Fair tahun ini menawarkan sesuatu yang berbeda-lebih dari sekadar penampilan bintang tamu terkenal, tetapi juga eksplorasi budaya yang menggugah rasa bangga terhadap warisan leluhur.
Sejak pagi, suasana di lapangan utama Universitas Muhammadiyah Gresik sudah dipenuhi dengan energi dan antusiasme mahasiswa serta masyarakat yang berbondong-bondong hadir untuk menyaksikan berbagai pertunjukan seni dan kegiatan menarik lainnya. Sorak sorai terdengar ketika acara dibuka dengan pertunjukan Tapak Suci, seni bela diri khas Muhammadiyah yang tidak hanya menunjukkan ketangkasan fisik tetapi juga kedisiplinan dan filosofi kehidupan. Para pesilat muda dengan gerakan lincah dan penuh tenaga berhasil memukau penonton, mengingatkan kembali pada kebesaran warisan budaya yang sarat nilai luhur.
Ketua Program Studi Manajemen UMG, Elok Vilantika, mengungkapkan bahwa Manajemen Fair tahun ini memang dirancang lebih istimewa dibanding tahun-tahun sebelumnya. “Biasanya kita mengundang bintang tamu dari dunia hiburan pop, tapi kali ini kami ingin lebih dari itu. Kami ingin menumbuhkan kembali kecintaan terhadap kesenian asli Nusantara seperti karawitan, ludruk, dan reog Ponorogo. Mahasiswa manajemen tidak hanya harus kreatif dalam bisnis, tetapi juga punya tanggung jawab untuk menjaga budaya,” ujarnya dengan penuh semangat. Pernyataannya disambut tepuk tangan meriah dari para penonton yang setuju bahwa seni tradisional perlu dihidupkan kembali agar tetap lestari.

Keunikan acara ini semakin terlihat dengan kehadiran Ludruk Widya Budaya, kelompok seni khas Jawa Timur yang menyajikan pertunjukan penuh humor dan pesan moral. Suasana berubah menjadi lebih hidup ketika para pemain ludruk mulai beraksi, membawakan cerita khas yang dikemas dengan guyonan segar dan bahasa yang menggelitik. Penonton tertawa lepas, menikmati setiap dialog yang disampaikan dengan cerdas, sekaligus merenungkan makna yang tersirat di balik lakon yang dipentaskan. “Kita ingin menampilkan yang unik di setiap Manajemen Fair, dan tahun ini kita ingin memperkenalkan kembali seni ludruk kepada generasi muda,” ujar Ketua HMM, Feby, yang mengaku bangga dengan respons positif dari para pengunjung.
Tak hanya itu, semarak acara semakin terasa dengan adanya lomba melukis dan membaca puisi yang diperuntukkan bagi anak-anak usia dini. Dengan penuh kegembiraan, anak-anak TK hingga SD menuangkan imajinasi mereka dalam warna-warni lukisan yang menggambarkan keindahan budaya Nusantara. Beberapa di antaranya melukiskan sosok reog Ponorogo, barongan, hingga alat musik gamelan, menunjukkan bahwa anak-anak pun memiliki ketertarikan terhadap budaya tradisional jika diberikan wadah yang tepat. “Kami ingin menanamkan kecintaan terhadap seni sejak dini, agar anak-anak tidak hanya mengenal budaya luar tetapi juga bangga dengan budaya kita sendiri,” ungkap salah satu panitia yang mengawasi jalannya lomba.
Atraksi Reog Ponorogo menjadi salah satu momen yang paling dinantikan oleh para pengunjung. Dengan kostum barong yang megah, lengkap dengan bulu merak yang menjulang tinggi, para penari tampil dengan penuh wibawa. Diiringi dentuman musik gamelan yang menghentak, gerakan mereka begitu lincah dan bertenaga, menciptakan suasana yang magis dan menghipnotis setiap mata yang menyaksikan. Sorakan semangat dari para penonton semakin menambah daya tarik pertunjukan ini, membuktikan bahwa seni tradisional masih memiliki daya pikat yang kuat, bahkan bagi generasi muda yang mungkin baru pertama kali melihatnya secara langsung.
Rektor UMG, Laily, juga menyambut baik dan mengapresiasi penuh keberagaman seni yang ditampilkan dalam acara ini. “Saya benar-benar tidak menyangka bahwa Manajemen Fair tahun ini akan menghadirkan sesuatu yang sekeren ini. Tidak hanya hiburan semata, tetapi juga edukasi budaya bagi mahasiswa dan masyarakat. Anak muda zaman sekarang mungkin banyak yang belum mengenal seni-seni tradisional seperti ini, dan ini adalah kesempatan emas untuk memperkenalkan kembali warisan budaya kita,” ungkapnya. Beliau juga berharap agar acara serupa dapat terus diadakan di tahun-tahun mendatang dengan inovasi yang semakin kreatif dan edukatif.
Menjelang malam, suasana semakin meriah ketika puncak acara dimulai dengan penampilan spesial dari guest star yang telah dinantikan sejak awal. Tata panggung yang megah dengan sorotan lampu berwarna-warni, diiringi riuh tepuk tangan dan sorakan penonton, menambah kemeriahan acara. Sang bintang tamu tampil penuh energi, membawakan lagu-lagu hits yang sukses membuat seluruh penonton ikut bernyanyi dan bergoyang bersama. Euforia yang tercipta malam itu menjadi bukti nyata bahwa Manajemen Fair tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga momentum kebersamaan yang mempertemukan seni modern dan tradisional dalam satu panggung.

Di balik kemeriahan ini, satu pesan yang ingin disampaikan oleh Manajemen Fair 2024 adalah bahwa seni dan budaya bukan hanya sekadar warisan, tetapi juga identitas yang harus terus dijaga dan dilestarikan. Dengan mengusung semangat “Nyawiji Ing Kesenian”, mahasiswa Manajemen UMG membuktikan bahwa seni tradisional masih relevan di era modern. Melalui berbagai pertunjukan yang ditampilkan, mereka ingin mengajak seluruh generasi muda untuk lebih mengenal, mencintai, dan menjaga warisan budaya agar tidak hilang ditelan zaman.
Manajemen Fair 2024 telah membuktikan bahwa dalam hiruk-pikuk modernisasi, seni tradisional tetap memiliki tempat istimewa di hati masyarakat. Acara ini bukan hanya sekadar festival tahunan, tetapi juga gerakan budaya yang bertujuan untuk membangkitkan kembali kecintaan terhadap seni Nusantara. Dengan semangat yang sama, diharapkan acara serupa dapat terus digelar di masa depan, membawa lebih banyak inspirasi dan kebanggaan akan budaya lokal yang kaya akan nilai dan keindahan. Karena seni bukan hanya hiburan, tetapi juga cerminan identitas bangsa yang harus terus dijaga dan diwariskan. (MR)